Monday, June 28, 2010

T . E . M . A . N . by : Christ Poso Shakti

Apa kabar sobat?
Lama tidak berjumpa.
Akankah kau mendekapku balik,atau
mendorongku pergi?
Lama tak Bertemu bukan berarti saya lupa.
Dunia begitu fana
Sudah rindu petang bersamamu
Pikiran melayang akankahku didera
sejuta pertanyaan
Ceritakanlah padaku kisahmu setelah
engkau bernapas lega

Saat kau bahagia apakah ada yg menemani?
Waktu kau galau siapakah yg menghalau
rasa itu?

Saatnya kau berangkat.tlah ada yg
menjemputmu
Nantikan hadirku ditaman dibangku itu
disana itulah jumpa kita yg berikutnya.

kata2 ini mungkin tak terlihat berarti saat kau pertama melihatnya namun,kuyakini saat kita tlah lama tak bersua dan menjalani kehidupan masing masing,kau kan slalu mengingat hari hari dimana kita pernah tertawa bersama,
menangis bersama dan berjuang bersama.

saat senja nanti,ingatlah!di hatiku,pigura yg terindah pasti kan kusediakan bagi kisah tentang kita yg slalu menantikan senyummu!


temanmu yang bangga padamu

Indahnya Tak Seindah Dirimu by : Yohanes Wibowo



Suatu senja yang cerah di tepi gemercik sungai,
suara jangkerik dan kicauan burung bersahut-sahutan.
Deruh air yang menerpa bebatuan
seakan-akan berpadu dengan desis daun tertiup lembutnya angin gunung yang menari-nari
Setetes embun begitu lincahnya melompat dari dedaunan,
saling berkejar-kejaran dengan penuh canda tawa.
Seakan tak peduli dengan hiruk pikuk dunia,
mereka saling tertawa dan bersenda-gurau.
Melompat dari selembar daun dengan indah kedalam sungai,
melenggak-lenggok mengikuti tarian sungai,
sesekali melompat dan menghempas bebatuan yg berkilau.
Sekawanan air yg bergurau dengan penuh sukacita,
membuat kerumunan lumut hijau sirik dan hanya terpukau,
memandang dari jauh dan hanya berangan,
“Seandainya aku adalah mereka”.
Tapi kehidupan mereka bagai kincir angin yang tak berdaya,
meluncur dari bebatuan gunung ke samudera raya,
menguap dan terbang melayang ke angkasa,
bergumul dalam badai nan kelam,
jatuh terhempas terjerembab ke daun dan bebatuan.
Bersyukurlah kita bukan mereka,
yang bisa memilih kapan menangis dan tertawa.
Bersyukurlah kita bukan mereka,
yang meski tertawa tapi tak berdaya.
Karena kamu lebih berharga, jauh lebih berharga,
dari kawanan air, kerumunan daun, ataupun bebatuan ind

Friday, June 25, 2010

Penjual sisir di biara by : Christ Poso Shakti

diambil dari kisah nyata cerita rakyat shanxi di biara shaolin china pada abad pertengahan..

Ada sebuah perusahaan "pembuat sisir" yang ingin mengembangkan bisnisnya, sehingga management ingin merekrut seorang penjual yang baru.

Perusahaan itu memasang IKLAN pada surat kabar. Tiap hari banyak orang yang datang mengikuti wawancara yang diadakan ... jika ditotal jumlahnya hampir seratus orang hanya dalam beberapa hari.

Kini, perusahaan itu menghadapi masalah untuk menemukan calon yang tepat di posisi tersebut.. Sehingga si pewawancara membuat sebuah tugas yang sangat sulit untuk setiap orang yang akan mengikuti wawancara terakhir.

Tugasnya adalah : Menjual sisir pada para biksu di wihara.
Hanya ada 3 calon yang bertahan untuk mencoba tantangan di wawancara terakhir ini. (Mr. A, Mr. B, Mr. C)

Pimpinan pewawancara memberi tugas :
"Sekarang saya ingin anda bertiga menjual sisir dari kayu ini kepada para biksu di wihara. Anda semua hanya diberi waktu 10 hari dan
harus kembali untuk memberikan laporan setelah itu."

Setelah 10 hari, mereka memberikan laporan.

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. A :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. A menjawab: "Hanya SATU."
Si pewawancara bertanya lagi : "Bagaimana caranya anda menjual?"
Mr. A menjawab:
" Para biksu di wihara itu marah-marah saat saya menunjukkan sisir pada mereka. Tapi saat saya berjalan menuruni bukit, saya berjumpa dengan seorang biksu muda - dan dia membeli sisir itu untuk menggaruk kepalanya yang ketombean."

Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. B :
"Berapa banyak yang sudah anda jual?"
Mr. B menjawab : "SEPULUH buah."
"Saya pergi ke sebuah wihara dan memperhatikan banyak peziarah yang rambutnya acak-acakan karena angin kencang yang bertiup di luar wihara. Biksu di dalam wihara itu mendengar saran saya dan membeli 10 sisir untuk para peziarah agar mereka menunjukkan rasa hormat pada patung sang Buddha."

Kemudian, Pimpinan pewawancara bertanya pada Mr. C :
"Bagaimana dengan anda?"
Mr. C menjawab: "SERIBU buah!"
Si pewawancara dan dua orang pelamar yang lain terheran-heran.
Si pewawancara bertanya : "Bagaimana anda bisa melakukan hal itu?"
Mr. C menjawab:
"Saya pergi ke sebuah wihara terkenal. Setelah melakukan pengamatan beberapa hari, saya menemukan bahwa banyak turis yang datang berkunjung ke sana . Kemudian saya berkata pada biksu pimpinan wihara, 'Sifu, saya melihat banyak peziarah yang datang ke sini. Jika sifu bisa memberi mereka sebuah cindera mata, maka itu akan lebih menggembirakan hati mereka.' Saya bilang padanya bahwa saya punya banyak sisir dan memintanya untuk membubuhkan salinan doa atau kata-kata bijak pada setiap sisir sebagai sebuah hadiah bagi para peziarah di wihara itu. Biksu pimpinan wihara itu sangat senang karena terpikir akan dapat melihat senyuman damai di wajah para peziarah dan langsung memesan 1,000 buah sisir!"

posted by posodotkom

Thursday, June 24, 2010

Think impossible (from a verse) by : Desy Rongre



Saat termenung dipinggir pelabuhan, kagumku tidak pernah habis untuk hal-hal yang kulihat. Semua tercipta sempurna, tak habis pikirku bagaimana semua ini ada. Tersusun indah, berfungsi terus-menerus tanpa henti. Energi yang tak pernah habis. Keindahan yg mempesona. Hmm...
Pesawat terbang, kapal, mobil, motor, listrik, telepon, bahkan instrumen ditanganku ini. Berpuluh tahun lalu benda2 ini tak ada di pulau ini. Hal yg tidak mungkin, pikir beberapa orang saat itu. Sampai ada orang-orang yang berpikir mengadakan hal-hal mustahil ini. Ide mustahil yg muncul, bukan muncul begitu saja. Datangnya dari Sang Master Ide, yg mampu mewujudkannya. Tak perlu bingung tentang cara mewujudkannya. Kembalikan lagi kepada Dia. Jangan takut memikirkan hal-hal mustahil. Dia yang memberikannya pada orang-orang pilihan. Semakin kau dapat dipercayaiNya, semakin banyak hal mustahil yg akan diberikanNya. Dan itu bergantung padamu apakah akan memperjuangkan hal mustahil itu. Mustahil adalah hal yg disukaiNya. Membuatmu terpukau & kagum padaNya, itu yg Dia inginkan. Teruslah berperkara denganNya. Untuk itulah kau diciptakanNya. Bawa semua kemustahilan padaNya, agar kau tahu Pribadi yang kau puja bukanlah sekedarnya.

How about your friendship?



Tidak semua teman dapat dijadikan sahabat. Persahabatan itu harus dibangun. Tidak ada batasan waktu tertentu untuk menyatakan seorang teman telah menjadi seorang sahabat bagimu. Banyak definisi yang dihasilkan tentang sebuah persahabatan. Ada yang berkata sahabat adalah seseorang yang dapat berbagi suka juga berbagi duka, seseorang yang selalu ada setiap saat. Persahabatan adalah anugerah dari sebuah kepercayaan. Ada juga yang berkata, sahabat adalah seseorang yang mengenal semua kebaikan kita bahkan keburukan-keburukan kita.
Ehm, semuanya itu benar. Karena tak ada definisi yang pasti untuk menggambarkan arti dari sebuah persahabatan jika kita tidak mengalaminya sendiri. Aku punya banyak teman. Tidak sulit bagiku untuk mendapatkan seorang teman, sekalipun dalam sebuah komunitas yang baru. Easy going dan supel julukan yang kudapat dari teman-temanku. Namun tidak mudah bagiku untuk menjadikan mereka sahabat. Butuh proses, waktu dan kepercayaan yang lebih untuk menyebut mereka sahabat.
Proses yang dimulai dari sebuah keterbukaan. Kerelaan hati yang dating berjalannya dengan waktu untuk membuka siapa dirimu sebenar-benarnya. Dimana dari keterbukaan tersebut menumbuhkan kepercayaan tersendiri dalam dirimu terhadap sahabatmu. Menceritakan setiapa kebiasaan buruk darimu. Keterbukaan yang menjadikan dirimu terasa begitu transparan dihadapan sahabatmu. Kelebihan, kebaikan, keburukan bahkan kelemahan yang dimiliki.
Tidak lebih dari satu tahun ketika aku memutuskan bahwa dia adalah orang yang tepat untuk menjadi sahabatku. Pada awalnya ada kecocokan dalam setipa pembicaraan, seringnya bertemu dan menghabiskan waktu bersama, timbil rasa nyaman satu sama lainnya. Selain keterbukaan yang kami alami, ada sebuah rasa aman, saling mengisi dan membangun serta energi yang positif dari kedekatan kami. Mengenal siapa dia tanpa terkecuali.
Berbagi suka dan duka, sharing mengenai masa depan, kesukaan kami masing-masing, membhasa topik-topik soal wanita, menghabiskan waktu-waktu bersama dan banyak hal lain. Memaklumi setiap keburukan yang sahabatku sering lakukan, dengan sindiran halus yang tak jua membawa perubahan pada sikapnya.
Hingga suatu hari, aku sadar telah menumpuk sebuah kekesalan padanya sampai akhirnya meledak dalam sebuah kemarahan. Merasa dirinya selalu benar, seperti mendengarkanku tetapi ia sedang berada didunia lain, tidak menyimak dengan baik ceritaku. Memilih untuk diam dengan suasana marah dalam hatiku, berharap ia akan sadar bahwa telah melakukan suatu kesalahan, tanpa harus aku menjelaskan semua padanya.
Untuk beberapa hari kedepan aku telah merubah sikapku menjadi sedikit dingin dengan alasan, tanpa menjelasakan dengan sepatah katapun apa yang sedang terjadi padaku, padanya dan pada persahabatan ini. Namun, kesadaran itu tak juga muncul dalam benaknya. Keadaan ini menyiksa hatiku sendiri. Terkadang aku berfikir, “ dia tidak berpersaan, masa tidak menyadari kesalahannya ? aku tidak mau menyapanya duluan”
Setelah beberapa waktu, karena tidak tahan dengan kondisi ini, akhirnya aku mengajaknya untuk berbicara empat mata. Dengan rasa kesal, marah dan menyesal menjadi satu, aku mengungkapkan semua rasa dihatiku. Beberapa menit kami beradu argumentasi, tetap denagan pendirian masing-masing, sampai akhirnya aku meminta maaf karena mungkin aku terlalu memaksa dia untuk berubah seketika, tanpa memberitahukan letak kesalahannya. Beberapa saat kemudian dia meminta maaf juga karena mungkin ia juga bersalah dalam hal ini. Tidak mau belajar peka dengan sesuatu yang tidak disukai sahabatnya.
Pertengkaran pertama telah meyakinkan kami bahwa kami adalah benar bersahabat. Kejadian ini telah membawa kami semakin dekat dari sebelumnya. Karena kami membuka hati untuk saling mengoreksi, membuka hati untuk sebuah teguran dari sebuah sikap buruk untuk menjadi sikap yang lebih baik lagi. Secara tidak sadar mungkin aku terlalu egois menganggap “sudah cukup” mengenal siapa sahabatku, tapi pada kenyataannya belum cukup tahu siapa yang jadi sahabatku. Perselisihan ini telah membuat kami mengenal lebih jauh dan semakin memahami.
Apakah ini pertengkaran pertama dan terakhir? Kurasa tidak. Ada perselisihan-perselisihan lain yang datang dalam persahabatan kami. Namun, tidak perlu beberapa hari, cukup beberapa menit saja untuk saling menegur sebuah kesalahan, menyatakan ketidaksukaanku terhadap perbuatannya memintanya untuk tidak mengulanginya dengan akhir saling menebar senyum dan memastikan diriku tetap ada bersamanya untuk mendukung dalam setiap perubahan yang kuminta dalam dirinya.
Yang lebih indah adalah perselisihan, perbedaan pendapat yang terjadi antara kami malah memperbesar rasa sayang diantara kami. Saat ini, tidak perlu merangkai kata-kata yang manis untuk menegur jika sahabatku melakukan kesalahan, atau mencoba menutupi kesalahan itu untuk menjaga perasaannya. Kurasa jika aku masih melakukannya, aku belum menjadi sahabat yang baik bagi sahabatku. Karena seorang sahabat yang baik tidak akan menutupi kesalahan sahabatnya tapi akan menegurnya sebagai tanda kasih.
How about your friendship?? Bagaimana dengan persahabatanmu? Apakah semuanya baik-baik saja? Tanpa pertengkaran, perbedaan pendapat ? Semua enak dilihat, manis didengar? Semuanya tidak buruk dan persahabatanpun tidak selalu harus ada perselisihan tapi ehm, amatilah apakah ada yang salah dengan persahabatanmu? Bukankah ada yang bilang “ besi menajamkan besi, manusia menajamkan sesamanya” saat saling menajamkan tidaklah mudah, perlu kerendahan hati dan mungkin saja ada rasa sakit yang tertoreh dalam hatimu. Tapi sadar atau tidak sadar semuanya sedang membawamu untuk menjadi seorang pribadi yang lebih baik bagi dirimu juga orang lain (Sahabat, Red). Bukankan akan terasa begitu indah jika dalam persahabatanmu ada begitu banyak warna yang tentunya akan memperkaya warna dihidupmu.
Bersyukurlah jika anda memiliki sahabat, jagai dia, sayangi dia dengan kasih yang tidak pura-pura. Bangunlah persahabatanmu dengan cinta

Monday, June 14, 2010

'selamat sembuh' by : Alin Shagala


Saya hanya terdiam ketika mendengar setiap keluhan yg terucap dari mulutnya..sempat kualihkan mukaku darinya sekedar untuk menghilangkan fokusku supaya tidak mendengarkan setiap perbincanganya bersama seseorang dibalik hand phonenya tersebut. Namun setiap perkataanya membuatku sesekali merinding dan merasa sedih.
Yah…ini kisahku tadi siang, tak sengaja saya bergegas pergi dan menaiki sebuah angkutan kota, kira-kira pukul setengah tujuh malam saya berada dipojok mobil itu dan seorang wanita yang sedang memakai seragam putih abu duduk tepat berhadapan denganku. Dan tiba-tiba handphonenya menyentakkan sebuah nada dan segera wanita itu mengangkatnya..dari raut wajahnya kulihat nampak penting seseorang yang ada dibalik telepon itu..siapakah? pikirku. Namun apa yang menjadi kepentinganku atas wanita ini?!..saya pun mulai menolehkan mukaku dan melemparkan pandanganku pada jalan raya yang mulai diselimuti kegelapan dengan cahaya-cahaya mobil yang menyorot setiap pikiranku yang tidak karuan dan juga suara deruan yangmuncul dari perutku tidak henti-hentinya menyindirku dan ingin segera makan.
Namun sosok wanita itu selalu mengalihkan pandanganku dan selalu saja membuat telingaku gatal ingin mendengar percakapannya dengan seseorang yang ada dibalik telepon itu. Huh…akhirnya sayapun mulai mendengar dan mencoba mengerti semua percakapannya..meski rasanya ini tidak sopan,tapi tak apalah..lagian dia kan tidak tahu kalau saya sebenarnya sedang mendengarkan percakapannya dengan seteliti mungkin.
Dan mulai saya diam dan pura-pura menunduk untuk mendengarkan seorang wanita pelajar yang baru pulang dan dengan asiknya bercakap-cakap dengan seseorang, dan wanita itu berkata…..
“ya…,kenapa dok..?” (wah ternyata dia bicara dengan seorang dokter..pikirku)
“maaf ya dok tadi saya ga control, habisnya males..bosen tiap hari harus kesana”
“lagian untuk apa juga datang,kalau pada akhirnya saya ga bisa sembuh”
“udah lah dok..jangan paksa saya..”
“saya cuma ingin coba seminggu ini aja untuk ga control dan ga minum obat”
“saya rasa saya masih bisa bertahan..yah palingan kalau nanti kambuh saya telepon dokter aja ya..”
“dok, jangan bilang mamah kalau saya ga control ya..hhe”
“dok, sebenernya saya tahu kalo obat-obat yang dokter kasih kesaya cuma untuk ngurangin rasa sakit kan?”
“saya pengen dosisnya ditambahin boleh ga..soalnya udah ga kerasa efek apa-apa dok"
Sebentar-sebentar saya mulai memahami kondisi wanita ini, dan tiba-tiba saya merasa sedih..sedih yang agak dalam. Saya pun bingung mengapa saya tiba-tiba marasakan ini. Dan saya melanjutkan untuk mendengarkan percakpannya dengan dokter yang ada dibalik telepon terserbut…
“dok, saya cape kalau saya harus begini terus…”
“dok kapan ya saya bisa sembuh”
“dok..saya siap koq kalau saya ga sembuh juga”
Tiba-tiba saja saya benar-benar ingin menangis ketika berbica begitu. Dan seketika itu saya mulai sadar bahwa tempat yang saya tuju sudah dekat. Dengan tangan lemas saya mengambil uang untuk bayar ongkos dan muka saya pun mulai sedikit sedih dengan menahan agar saya tidak menangis dengan tidak jelas.
Setelah saya turun dari mobil tersebut, saya hanya bisa merenung dan kembali mengingat-ingat percakapan yang baru saja saya simak.
Hmmmmm…saya manarik nafas begitu panjang, pikirku..seorang wanita pelajar yang begitu masih mudanya sudah didiagnosa sebuah penyakit yang mungkin tidak bisa sembuh. Entah apapun penyakitnya tapi itu adalah sebuah musuh untuk semua tubuh ciptaan-Nya. Saya jadi merasa sangat bersyukur dengan tubuh saya yang sehat dan sempurn. Tersentak saya mengingat teman-teman saya yang sampai saat ini masih mengidap sebuah penyakit dalam tubuhnya. Betapa sakitnya tubuh mereka bahkan hati mereka yang lebih sakit, karna mungkin sesekali mereka berpikir bahwa Tuhan tidak adil untuk mereka, meski sebenarnya itu adalah sebuah kesalahan dalam berpikir. Saya jadi ingat dan ingin bertemu dengan teman-teman saya yang beberapa diantara mereka mengidap sakit tumor, kangker, liver dan seseorang yang hingga kini tidak mau menyebutkan penyakit dalam tubuhnya..mungkin menurutnya ini terlalu parah atau mungkin dia menganggapnya tidak prelu ada orang yang tahu. Hai teman..saya mengasihi kalian, mungkin terlalu bosan kalian mendengar perkataan ‘cepat sembuh’ tapi rasanya tidak ada kata lain yang bisa terucap untukmu.
Andai saja kalian saat ini ada disampingku..saya hanya ingin memelukmu dan berkata bahwa Tuhan tetap adil untuk kalian dan terakhir kata yang ingin kuucapkan adalah “selamat sembuh”