Tuesday, March 8, 2011

Dream, believe it, make it happen by : Mita Vacariani

Dream, believe it, make it happen..
Kata-kata itu saya dapatkan dari hasil pembicaraan dengan seorang sahabat. Saya dan dia senang berbagi mimpi. Meskipun kami sering mendengar orang bilang "hari gini mimpi" atau "realistis aja deh sama kehidupan", tapi saya dan sahabat saya itu masih punya keberanian untuk memiliki mimpi.

Ternyata memiliki sebuah impian, sekecil apa pun itu, membutuhkan keberanian yang cukup besar. Saya masih melihat banyak orang tidak berani memiliki mimpi. Mereka terlalu takut mimpi mereka itu tidak tercapai dan takut kecewa. Akhirnya mereka memilih untuk tidak bermimpi dengan alasan hidup yang realistis. Lebih menyedihkan lagi karena ternyata pemikiran ini ditanamkan pada anak-anak mereka. Orang tua mengajarkan anaknya untuk sekolah atau kuliah supaya cepat kerja, cepat dapat uang. Malahan sebagian mereka bilang, kuliah pilih jurusan yang gampang saja, yang cepat lulus dan dapat kerja. Padahal kerja kan tidak melulu soal uang. Lalu kemana impian dan cita-cita yang si anak punya waktu kecil dulu, yang kepingin jadi dokter lah, atau jadi insinyur lah, atau jadi presiden. Semua cita-cita itu lalu dianggap angin lalu. Tidakkah mereka tau, Barrack Obama juga dulu dianggap bodoh waktu punya cita2 menjadi presiden, tapi karena cita-cita itulah kini beliau bisa memimpin negara adikuasa. Lalu sebut saja sejumlah tokoh besar seperti walt disney, Mozart, sampai Agnes Monica..semua pencapaian mereka dimulai dari sebuah mimpi.

Beberapa waktu yang lalu, adik sepupu saya bercerita kalau dia diterima di fakultas hukum. Kemudian dengan berapi-api dia cerita tentang impiannya menjadi pengacara hebat. Tapi tidak lama sesudah itu dia harus membuang mimpinya karena ayahnya bilang, "mau jadi apa nanti kalau kuliah hukum? kuliahnya lama, susah kerjanya, harus ambil S2, mahal. Kuliah yang pasti2 aja biar cepet dapet kerja." Sayangnya adik sepupu saya itu kurang berani berjuang untuk mimpinya, dan yang berikutnya saya dengar akhirnya dia memilih jurusan yang dipilihkan ayahnya.

Sedih rasanya mengetahui cerita ini terjadi begitu dekat dengan saya. Saya bersyukur saya masih berani memiliki mimpi dan berani berjuang untuk mewujudkannya. Saya juga bersyukur masih dikelilingi sahabat2 yang juga memiliki keberanian yang sama dan terutama memiliki orang tua yang masih mendukung dan menghargai apa pun yang saya putuskan. Meskipun saya tidak bisa menutup mata, ada orang yang dekat dengan saya, adik sepupu saya itu misalnya, yang memilih mengalah dengan realita.

But, hey, lagi-lagi..mimpi adalah soal keberanian juga. Berani untuk memiliki impian besar berarti berani untuk percaya, berani untuk berjuang dan mewujudkannya..
So, dream, believe it and make it happen, would you???

Mita Octavacariani

No comments:

Post a Comment