
Tuesday, April 27, 2010
tak pernah cukup kata

Monday, April 26, 2010
The Power of "FOCUS" by : Yohanes Wibowo

Seringkali kita tidak memiliki fokus dalam hidup ini, melihat banyak pilihan yang bagus menjadi bingung dan akhirnya telat mengambil keputusan. Atau terlalu cepat mengambil keputusan dan menyesal telah merasa salah memutuskannya.
Saturday, April 24, 2010
Selalu ada Pelangi Bagiku by : Vina Aganis

berlinang peluh dan airmata
untuk membawakan Pelangi bagiku setiap pulang
Diberikannya padaku warna demi warna
yang setiap hari memancar,
tak ada yang tak Indah,
smuanya sempurna bagiku
biaskan smua hariku yang biasa
membawa Rona yang terus bersemi bagiku
Cantik bagimu putriku kata papa...
senyuman dan pelukan hanya itu yang bisa kuhadiahkan
makin hari makin nyata warnanya,
Tak kenal kata pudar...
bahkan sampai hari ketika pembawa warna pelangi itu tiada..
pikirku hari kan suram,
mendung kelabu,
dingin tak berwarna lagi,
gelap saja yang kan kutatap..
tanpa Mimpi dan Harap lagi,
Karna pikirku percuma..
Tapi saat merindunya,
kunyatakan pada penciptaNYA
Bahkan di saat badai,
di hari-hari pelarianku,
di tempat persembunyianku,
Langit tak tertutup baginya
tuk terus pancarkan warna-warna Indah bagiku,
membakar kembali smua mimpiku,
Tegakan kepalaku!
akhirnya smua merubah pikirku
bahwa
Habis smua badai dihidupku,
akan selalu ada pelangi bagiku
Friday, April 23, 2010
Bersyukur dan Berjuang dalam Kondisi Apapun - by : Yohanes Wibowo
tik tik tik….. (suara bambu kecil yang dipukul oleh penjual bakso pikul)Hmmpphhh kenyang banget… abis makan bakso langganan yang jualan dari jaman aku sd kayanya…
Sembari aku menikmati semangkok bakso sembari aku berbincang2 dengan pak ndek (Pak pendek begitulah nama bekennya). DIa bercerita semua anaknya telah selesai mengenyam bangku perguruan tinggi, kecuali yang paling kecil masih tingkat terakhir di Poltek Negeri malang.Anaknya yang pertama bekerja di Jayapura (Papua), yang kedua bekerja di Manokwari (Papua Barat), dan yang ketiga di Medan (Sumatera Barat). Dia juga bercerita keponakannya dia biayai juga untuk mendapatkan pendidikan yang layak.Cuma kadang2 membayangkan dari jaman aku kecil sampai sekarang dia berjalan memikul dagangnya berjalan dari ujung timur malang dan menempuh puluhan KM untuk berjualan bakso, kadang kalau melewati rumah sambil menyeka keringat karena teriknya panas matahari. Membayangkan bahwa terkadang membawa pikulan seberat itu apalagi disiang hari yang panas dengan tubuhnya yg kecil, pasti capek banget. Tapi dia selalu menyapa pembelinya dengan senyum dan sering melemparkan humor2 segar, tidak pernah tersirat rasa mengeluh dari mukanya, meski kadang saat menawarkan dagangannya banyak orang yang menolak. Tapi saya percaya dia bukanlah orang yang mudah menyerah, bayangin men!!! penjual bakso pikul dengan 4 orang anak yang mengenyam perguruan tinggi ?? OMG…!!Setelah direnungin… jadi malu dengan diri sendiri, terkadang masalah kecil yang kita hadapi saja sudah mengeluh dan menyerah di tengah jalan. Saat menjalani kehidupan dengan pikulan yang berat dan terik matahari aku percaya ada sebuah kekuatan besar yang memberi pak ndek kekuatan dan semangat, yah… bayang2 dia berfoto dan menghadiri wisuda 4 orang anaknya.Aku percaya pak ndek bukanlah tipe orang yang mengasihani dirinya sendiri dengan berbagai permasalah berat yang dia alami selama hidupnya. Kemauannya untuk memberikan yang terbaik bagi anak2nya jauh melampaui rasa mengasihani dirinya sendiri…….Sejenak aku mulai berpikir, kalau pak Ndek punya sebuah alasan untuk dia berjuang dan tidak patah arang, yaitu “Toga” bagi anak2nya, kalau aku apa yah?….Kalau kamu???
Kadang kehidupan yang keras dan penuh permasalahanlah yang membentuk seseorang menjadi seorang pejuang sejati dan tidak mengenal kata menyerah, dan aku mulai bersyukur buat setiap permasalahan yang aku alami dalam hidup ini, itu artinya Sang Pencipta sedang membentuk aku untuk menjadi orang yang luar biasa nantinya.
Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya. -St. Paul-
Thursday, April 22, 2010
‘met ulang taun… - by : Maniar Pakpahan
Tak mungkin ku lupakan
Walau hanya dalam satu detak
Namun
Menghias lembar cakrawala
Dengan kepingan-kepingan cahaya
Yang tak akan memudar bahkan padam
Walau serpihan-serpihan gelap
Bermaksud kuasai malam
Di sini….
Berdiri menjaga taman hati
Ku jaga tetap berbunga indah
Walau beribu pergantian musim
Dalam tahun-tahun yang memanjang
Dan tentang hari ini….
Tak mungkin kulupakan….
Tentang dirimu dan dua puluh dua april…
Mungkin tak cukup kata-kata
Tuk ungkapkan cerita hari ini….
Tapi dari hati, abang….
Ingin ucapkan….
Met ulang tahun ya din!….
Kini saatnya kedewasaanmu
Semakin terukur oleh waktu….
Teguh berdiri walau badai adalah lawan
Meski menara ombak adalah musuh
Namun pijakkan kakimu lebih teguh!....
Seteguh karang yang tak akan pernah goyah
Walau berjuta sapuan ombak menerjang
Hanya ingat din!….
Ketika semua menjadi kelabu….
Perlahan senja menjadi hitam….
Dan….
ketika tangis adalah kekuatan mu yang terakhir
Ingat!….
Lihatlah ke Atas!….
Di sana Sang Pencipta ingin memelukmu….
Met ulang tahun ya!….
Wednesday, April 21, 2010
ANAK MUDA vs ORANG TUA by: Essly
..Dapatkah Aku Pulang ?.. - by : Christine N. Aritonang
Aku (Lira, Red) dan Nesa sudah lama bersahabat. Kami sering menghabiskan waktu berdua. Makan berdua, main berdua, berbagi mimpi berdua, bahkan tidurpun berdua J. Rasanya hidupku begitu berwarna karena ada Nesa bersamaku. Terkadang kedekatan kami menimbulkan rasa cemburu dari orang-orang sekeliling kami. Dimana ada Aku (Lira, Red) disitu ada Nesa. Kami adalah dua gadis kompak yang bersahabat.
Aku selalu terlihat ceria didepan banyak orang, sekalipun aku sedang bersedih. Namun, beda halnya saat bersama Nesa, ia begitu sensitive dengan keadaanku. Semuanya begitu transparan didepan Nesa. Ia sangat mengenalku. Rasa syukur yang tak pernah habis dalam hatiku, karena aku memiliki Mesa sebagai sahabat, sekaligus saudara perempuan bagiku.
Rintik-rintik hujan adalah momen yang spesial bagi kami. Kami akan mengkhayal, berbicara soal mimpi, dan masa depan sambil menatap air hujan yang jatuh dari langit. Namun, semuanya mulai hilang saat kesibukan kami menjadi pemisah untuk waktu yang cukup lama. Aku pindah rumah. Aku tak sempat memberitahukan kabar kepindahanku pada Nesa. “Tapi aku akan meneleponya” pikirku. Tapi arrgghh handphoneku hilang raib dicuri saat aku ada dalam sebuah bis yang sesak. Aku tak ingat nomor telepon Nesa, aku tak bisa menghubungi dia. “Tak apalah, lain waktu aku akan datang kerumahnya” ungkapku dalam hati.
Enam bulan sudah aku tak bertemu dengan Nesa. Sejak kepindahanku dari rumah lamaku. Akupun belum sempat datang kerumah Nesa. Hari itu aku sedang tidak sibuk, aku datang menghampiri Nesa ke rumahnya. Kudapati saat itu, Nesa sedang asyik mengobrol dengan mamanya. Teriakan kencang dari mulut Nesa “ Arrgghhhh, Lira akhirnya kamu datang!!!!” sambil berlari Nesa memelukku. “kemana aja kamu ra (Lira. Red) , handphonemu tak pernah aktif, lalu kamu pindah kemana? Jahat!!! Tak mengabariku soal kepindahanmu!!” Pertanyaan Nesa yang bertubi-tubi. Aku hanya tertawa sambil memeluk erat tubuhnya, karena aku kangen berat.
Pertemuan dihari itu berakhir dengan sukacita. Kehidupan ku selama enam bulan aku ceritakan semua pada Nesa. Aku memberitahukan alamat rumah dan nomor handphoneku yang baru. Sejak itu, komunikasi kami terjalin kembali. Kedekatan yang sempat hilang kini aku dapati lagi. Aku bekerja disalah satu perusahaan swasta, disana aku mendapatkan teman-teman baru. Aku merasakan suasana yang baru saat bergaul dengan mereka. Banyak hal baru yang tak pernah aku tau selama ini dan aku dapat dari mereka. Aku menikmati dunia kerjaku tanpa keikutsertaan Nesa.
Aku adalah seorang yang taat beribadah. Bahkan karena hal itulah aku bisa bersahabat dengan Nesa. Aku percaya semua karena rencana Tuhan. Tapi, semuanya mulai berubah. Teman-temanku yang baru berbeda dengan Nesa. “Silahkan saja kamu beribadah, tapi jangan ketinggalan jaman ya, ikutlah bersama-sama dengan kami” ujar mereka. Aku tetap dengan pendirianku untuk taat beribadah dan mulai mengikuti gaya hidup mereka. “ Kurasa masih wajar, berkunjung ke bar, shopping di mall, sekali-sekali main ke clubbing” ungkapku dalam hati. Sejauh ini mereka masih positif.
Suatu hari keluargaku mendapat masalah keuangan. Usaha kami mengalami kebangkrutan. Orang tuaku stress, mereka mulai berjudi, kakakku jadi orang yang suka buat keonaran. Hatiku kacau, hatiku sedih sekali. Aku tak tahu harus berbuat apa. Untuk memperbaiki keadaan keluargaku, aku harus bekerja secara extra. Paling tidak sedikit membantu. Ya aku akan bekerja siang dan malam. Tiap hari aku ambil waktu untuk lembur hanya untuk mendapatkann uang tambahan.” AKu tak ingin keluargaku hancur” harapku dalam hati. Entah kenapa aku tak ingin memberitahukan hal ini pada Nesa. Aku merasa tak enak padanya. Sudah sangat sering aku merepotkannya, tak hanya dia tapi juga keluarganya. Kali ini aku akan menyelesaikannya sendiri.
Kesibukanku siang dan malam membuatku jarang bertemu dengan Nesa. Hanya komunikasi lewat telepon kami lakukan. Namun, pertemuan dengan teman-temanku yang sekarang ini semakin dekat kurasakan. Bahkan keadaan keluargakupun mereka tahu, karena mereka pernah bertanya dan kujawab. Hidup mereka yang glamour dan “tampak tak bermasalah” itulah mereka. Mereka care padaku, mereja juga sering mencoba menghibur aku. Kemana mereka pergi, selalu mengajakku untuk ikut dengan mereka. Suatu hari mereka membuat pesta kecil, private party istilah yang mereka berikan. Selama pesta berlangsung aku hanya membuat 10 tekukan diwajahku “ Kapan masalah keluargaku akan berlalu?” keluhku dalam hati. Suara musik, riuh gelak tawa teman-temanku menghiasi clubbing tempat kami berpesta. Salah seorang dari mereka berkata padaku, “Lira, coba minuman ini, pasti stressmu akan hilang”. Dengan nada pasti aku menjawab”Tidak !!!!” aku tak bisa minum minuman itu. (Ia menawariku minuman keras) .”Kalau begitu ini saja, hisaplah sebatang rokok. Paling tidak itu akan membuatmu relax. Entah apa yang ada dalam otakku saat itu, aku mengulurkan dan menarik kembali tanganku, antara kuambil atau tidak. Seruan mereka secara serempak “Ambil!!!!” Aku takluk, aku ambil dan kuhisap rokok itu. Ini adalah awal kehancuran hidupku.
Candu mungkin itu yang kualami. Hampir setiap saat aku ingin menghisap benda kecil itu. Hari-hariku dihiasi dengan asap kepulan dari benda kecil ini. Sampai keadaanku seperti ini, aku tak menghubungi Nesa sedikitpun. Aku tak mau melibatkan dia. Ini hidupku. Nesa adalah sabahat terbaik bagiku. Ia begitu sensitive dengan kondisi apapun dalam hidupku. Hari itu, tiba-tiba Nesa mendatangiku di kantor tempat aku bekerja. Tepat dikantin kantor, ia melihatku sedang beraksi dengan benda kecil itu dengan kepulan asap tebal. Secepat kilat tangan Nesa meraih rokok itu, membuangnya dan airmatanya jatuh menetes ditanganku. “Kenapa kau rusak dirimu dengan cara seperti ini Ra. Kenapa kamu tidak cerita padaku soal masalahmu (Ternyata Nesa datang kerumahku dan mengobrol dengan kedua orangtuaku). Bukankah kita sahabat ?” Sambil berlinang airmata, Nesa mengatakannya. “Maaf Nesa tapi aku tidak bisa merepotkanmu terus dengan masalah-masalahku!” jawabku. Sahut Nesa” kalau begitu aku bukanlah sahabatmu lagi. Kamu sudah tidak percaya lagi padaku. Pernahkah aku mengeluh dengan cerita-ceritamu selama ini? Kalau kamu masih mengganggapku sahabatmu, ceritakan semua masalahmu. Aku tak tahan melihat tangis Nesa saat itu, ia adalah sahabat terbaik bagiku, aku menceritakan semuanya pada Nesa. Dan satu pinta Nesa “Tolong jauhi benda kecil itu, demi hidupmu sendiri dan tolong jaga jarak dengan teman-temanmu itu”
Setelah cerita pada Nesa, aku merasa lega. Sekali lagi ia meyakinkanku bahwa aku tidak salah memilihnya sebagai sahabat. Kami mulai memikirkan cara untuk menyelesaikan masalah keluargaku. Nesa menawariku bantuan. Ia punya sedikit uang yang cukup untuk dijadikan modal usaha kecil-kecilan. Aku menerimanya demikianpun keluargaku. Sekali lagi aku telah merepotkan Nesa. Modal yang diberikan Nesa sangat membantu pemulihan ekonomi keluargaku. Orangtuaku sudah tak lagi berjudi, kakakku mulai punya kesibukan membantu orang tuaku berjualan dipasar. Aku lega. Tapi aku tetap kerja siang dan malam. Aku tetap ingin membantu mereka dengan keringatku sendiri.
Kondisi keluargaku berangsur pulih, persahabatan kami pun semakin membaik. Tapi tidak dengan canduku pada benda kecil itu. Dibelakang Nesa dan keluargaku aku masih tetap menghisapnya. Sulit rasanya untuk menghilangkan kebiasaan ini. Pergaulanku dengan teman-temankupun masih tetap berjalan. Aku selalu ikut bergabung bersama-sama dengan mereka. Bahkan, tidak hanya itu beberapa diantara mereka sering bercerita tentang kehidupannya padaku.
Suatu malam, aku lembur bersama sorang temanku dikantor (Salah satu temanku yang suka nongkrong dibar). Ia seorang yang baik pikirku. Tak pernah aku dapati dia melakukan sesuatu yang tidak baik dimataku. Sehabis lembur ia mengajakku makan malam bersama. Disana dia bercerita tentang masalahnya. Aku mencoba menguatkan hatinya. Sejak dari situ kami semakin dekat. Semakin banyak waktu yang kami habiskan tak hanya dengan teman-teman yang lain, tapi waktu-waktu berduapun kami jalani. Soal kedekatanku dengan pria ini pun aku tak pernah cerita pada Nesa, karena aku tau Nesa tak suka aku bergaul terlalu dekat dengan mereka (Teman-teman kantor, Red). Saat aku bersama Nesa aku tak pernah bahas soal ini, begitu juga, saat aku bersama-sam dengan teman-teman kantor, aku tak pernah bahas soal Nesa. Aku seperti mempunyai dua dunia yang berbeda, dan aku menikmatinya.
Kedekatanku dengan lelaki itu (Randy, Red) semakin mendalam. Dan kami menjadi sepasang kekasih. Yang tau hanyalah aku dan teman-temanku itu. TIdak Nesa tidak juga keluargaku. Kurasa Tak ada yang berubah. Aku merasa Randy begitu peduli padaku. Aku selalu dibuatnya bahagia. Tapi, sampai aku menjadi kekasih Randy benda kecil mengepul itu semakin melekat padaku, Randy tak pernah melarangku bahkan miraspun telah aku cicipi, karena aku merasa tak enak jika Randy menawariku dan aku menolaknya. Hingga suatu malam, aku terlalu banyak minum minuman keras. Aku mabuk. Arrrgghhh, ketika aku bangun, aku lihat Randy ada disisiku. “Apa yang terjadi, apa yang aku lakukan bersama Randy ?” Aku menangis dan Randy hanya diam. Hal itu terjadi begitu cepat. Kesucianku terenggut L . Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Bagaimana dengan keluargaku? Sejak kejadian itu, hubunganku dan Randy menjadi renggang. Murung itulah aku yang sekarang.
Aib ini tak bisa kututupi dalam waktu yang lama. Aku memutuskan untuk bercerita pada Nesa. Ya kurasa dia orang yang paling tepat. Menangis, ya hal itulah yang hanya bisa kulakukan. Aku ceritakan pada Nesa tentang semua yang aku alami. “Tidak !!!!! kamu pasti sedang bercanda Ra. Sudah ah, ini tidak lucu!” ujar Nesa. “TIdak Nes, aku serius. Aku sudah punya kekasih dan malam itu ketika aku mabuk, Randy merenggut kesucianku. Hidupku hancur sekarang. Aku sudah tak suci lagi, tak berharga lagi” jelasku pada Nesa. “Randy ? Siapa dia? Apa aku kenal dia? Aku tak pernah tau kamu punya kekasih!” sahut Nesa kembali. “maafkan aku Nes. Aku tau aku salah. Tak kudengar pintamu untuk menjauhi mereka (Teman-teman kantor, Red) aku masih bergaul dengan mereka dan Randy adalah salah satu dari mereka.” Jawabku. Tangisku dan tangis Nesa bercucuran seketika.itu. “Apa yang harus aku lakukan Nes?” tanyaku dalam sedih. Nasi sudah menjadi bubur, dapatkah aku memutar waktu? Dapatkah aku pulang ke tempat seharusnya aku ada. Aku menyesal. Aku telah menghancurkan hidupku dan masa depanku sendiri. Jawab Nesa “ aku akan ada didekatmu, aku akan mendukungmu, kita akan cari solusinya bersama. Keluargamu harus tau hal ini. Satu hal yang terpenting Kembalilah ke jalan Tuhan. Jauhi mereka! Dan mulai sekarang kamu harus selalu terbuka padaku.”
Guys..
Realita kehidupan diatas mungkin sudah tak asing lagi. Mungkin kita punya sahabat seperti Lira. Yang salah dalam memilih pergaulannya. Ia memiliki Nesa tapi hanya untuk satu bagian saja dalam hidupnya. Ia lebih memilih pergaulan yang memberikan nikmat sesaat. Lira menceburkan dirinya pada pergaulan yang selama ini tidak ia kenal, ia coba-coba tapi karena hal itu , masa depannya hancur. Matanya seperti tertutup dengan kenikmatan-kenikmatan yang dunia tawarkan, ia menolak larangan sahabatnya untuk keluar dari jalan yang salah. Nasi sudah jadi bubur, waktu tak dapat diulang. Jangan cobai dirimu jika kamu tidak kuat untuk masuk kedunia baru yang tidak positif. Karena pergaulan yang buruk merusak kebiasaan yang baik. Bahkan ia meninggalkan Tuhan. Jangan salah bergaul J Bersyukurlah jika kamu memiliki Nesa-nesa dalam hidupmu, yang mendukungmu tidak hanya dalam keadaan suka tapi juga keadaan duka. Dan miliki keterbukaan dalam persahabatanmu karena keterbukaan adalah awal dari pemulihan. Karena seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesusahan.
By. Kristin Natalia A
..20.04.2010..
Tuesday, April 20, 2010
MABUK by : Mpok Mercy Sitanggang
Monday, April 19, 2010
Pengujian Hati
Diakah TUHAN?…
Diakah yang kan temaniku menjalani hari-hari
Bersama mendatangi pagi…
Memanggil fajar
Dan bentangkan siang
Dengan langkah selaras mengantar matahari sore
Dan di saat senja membawa gelap…
Bersamanya pula ku padamkan lampu langit…
Diakah TUHAN?…
Diakah yang kan temaniku menjalani tahun-tahun
Ketika detik berhenti bersuara karena badai
Menyapu dan menghantam taman ini
Menghancurkan semua mimpi-mimpi…
Akankah dia tetap disini?….
Ketika malam terlalu pekat tuk dijalani
Begitu hitam hampir menutup penglihatan
Seperti sebuah selubung gelap menyelimuti
Seolah membawa diri ke palung laut….
Akankah dia tetap disini menemani?….
Diakah TUHAN?….
Diakah yang kan temaniku menjalani musim-musim
Tetap bertahan menghadapi musuh-musuh
Dengan langkah kompak berselaras maju
Dibelakangku membawa busur dan panah
Sambil menjadi mata tambahan di medan perang
Sementara itu dengan pedang kuhabisi lawan didepan
Hingga pergantian musim habis….
Dan usia pun berakhir….
Diakah TUHAN?….
Jujur….
Ini antara ENGKAU dan aku…
Bila bukan rencanaMU….
HANYA SEPERTI PUTERI
Aku berdiri di balkon, dengan setelan gaun panjang dan belahan samping nan seksi, tidak ubahnya seperti seorang puteri di sebuah kerajaan. Rambut panjang yang sengaja dibuat terurai, semakin menambah kesempurnaan cantikku. Dengan segelas anggur yang terjepit di tangan, aku berdiri sendiri, mengajak bicara angin yang gerakannya malam ini, berhasil membuatku bergidik, apalagi mendengar bulan yang menembang di tengah pekat malam. Tembang cinta, katanya, “ Hanya buat puteri.. “ bulan mengerling manja. Ehmm.. aku tersanjung.
Aku masih berdiri di balkon, ditemani segenap sukacita keluarga malam, beberapa kali aku mencoba alihkan pandang pada pintu yang tidak juga bergerak membuka. Masih sama, diam. Seperti aku. Sedangkan tembangnya sudah selesai.
Aku sudah tidak berdiri lagi. Bosan menunggu, aku berjalan pelan ke arah meja bulat, dan meletakkan gelasku di sana, yang lalu melangkah ketengah dan mulai mengikuti irama malam dengan gerakku, semakin bergerak badan, tangan dan kakiku. Tidak pakai tembang sungguhan mengiringi, hanya hembusan angin selaksa irigan lagu, dari denting piano, seorang pria dengan balutan jas hitam serta dasi kupu – kupunya, jari jari lentiknya mulai bermain di ata tuts – tuts piano, membakar gairah malamku pada gerakan – gerakan gemulai. Lelaki dibalik pianonya juga ikut bergerak. aku bergerak bersamanya. Sambil bergerak, terus mencuri pandang ke pintu. Tapi, pintu itu belum terbuka juga, jangankan membuka, bergerak pun tidak. Apalagi bersuara ketukan. Aku tidak peduli lagi, aku sudah terlalu bergairah pada irama sukanya malam, aku menghiasi riuh rendah hati yang kecewa dengan terus tersenyum, tertawa dan memainkan langkah – langkah kaki dalam gerakan penuh aroma. Aku sungguh mencintai diriku sendiri.
Badan ini sudah mulai berkeringat, tapi pintu itu belum juga terbuka. Aku berhenti bergerak, dan berjalan lunglai ke dekat pegangan balkon, menempelkan pipiku ke dinding, dinding yang dingin dan mulai menghayal tentang sesuatu.
Seorang lelaki dengan badan yang tinggi, proporsional dengan berat yang memadai, layak untuk dinamai yang indah, datang dan menghiasi malamku dengan harum tubuhku. Aku terperdaya, tidak mampu untuk melihat pandangku ke belakang, aroma yang semakin menusuk. Memaku kaki dan mataku, tidak berani melihat ke belakang, tapi terpaku pandangku ke depan. Aku tidak lagi bisa mengingat apapun juga, selain, ingatan akan sepasang tangan yang kokoh yang perlahan menggeliat manja di sekitar pinggangku, mulai bermain di sana, menempel bagai anak kecil yang manja, dan mulai memberi belaian, mencipta pejaman pada bola mataku, semakin mengecil dan mengecil dan akhirnya mata itu tidak nampak lagi, yang ada hanya sebuah perasaan, permainan rasa yang dimulai dari… sekarang..!!
Sepasang tangan itu tidak nakal, tapi justru penuh dengan godaan, aku tidak bisa tidak menerima sentuhannya, aku biarkan tangan itu jalang. Aku diam saja, hanya dadaku yang mulai bergejolak, lompat – lompat. Jantungku mulai berteriak, dari teriakan kecil tertahan sampai teriakan kencang, apalagi ketika tangan itu mulai bergerak ke atas, mencapai puncak nakalnya dan puncak nikmatku. Mata ini masih terpejam, tapi hati ini terbuka dan berjaga.
Aku masih membelakangi sepasang tangan bersama dengan gerakan – gerakannya, membuat aku ingin sekali kembali meliuk bersama irama malam, irama yang sesungguhnya, bukan cuma sekedar, irama buatan hati. Sekarang kulit itu sudah saling menyentuh. Ada getaran menarik sampai ke kepala, ubun – ubun yang melayang ke udara, membuat sesak dadaku menerima getaran ini.
Aku tidak kuat. Tapi aku harus terus bertahan, jangan sampai kenikmatan ini pergi dengan perasaan kecewa. Aku biarkan sepasang tangan dan kepala yang sekarang mulai juga ikut – ikutan, kerjasama yang teramat baik antara sepasang tangan dan mulut. Bibir yang mulai mencari dan tertempel pada leher belakang, rambut yang menyingkir seperti tahu diri. Bibir yang mulai bergerak, ikutan menari di sana, menyisakan merah, “ souvenir… “ katanya.
Kepalaku bergerak ke kiri dan kanan, badanku juga, meliuk – liuk, dan hebatnya lagi, kepala, badan, kakinya juga bergerak sama, sementara sepasang tangannya sudah terkunci di perutku. Agin, sangat membantu dengan hembusannya yang tidak terlalu kencang tapi sanggup mengajak bulu kuduk ikut menari bersama.
Ada irama di dekat telinga, irama yang menyisakan bahagia, karena kata yang mulai terucap, menancap mesra di sana. telinga mulai berwarna merah, mukanya merona, ketika bibir menempel di sana membawa kata, kata yang terbawa pergi, bersama udara malam yang mendingin. Aneh.. walau dingin, aku merasa kepanasan. Dia pun merasakan hal yang sama, terbukti dengan keringat – keringat yang mulai terlihat.
Leher yang basah. Bukan hanya leher, sekarang jadi semuanya.
Mulutku mulai meracau, entah mengucap kata apa, tapi lelaki itu seperti mendengar dan balas meracau dengan kata yang nyaris sama, artinya, kata yang hanya kita yang tahu, teramat rahasia, karena hanya itu senjata semata. Kata yang selalu jadi juru kunci, aku merindukan kata itu. Dan kata ternyata memilikik kerinduan yang sama. Aku bahagia, bahkan kata bisa merindu, apalagi manusia. Kata terlalu jujur, kalau manusia selalu mengumbar kata, hanya supaya bisa saling menari berdua, dengan gelisah dan bahagia yang sama. Percis seperti yang terjadi malam ini.
Suatu adegan pasti ada puncaknya. Ketika sepasang tangan itu, mengambil badanku, dan kemudian membuatnya menjadi terbalik sekarang. Kamu ada di depan aku, tampak nyata sekali, sepasang tangan yang masih mengunci sepasang tanganku di dalam tangannya. Badan yang mulai bergerak maju menemui badanku, dan meminta badanku menerimanya, akhirnya., sepasang tangan itu terlepas kuncinya dan bahkan sekarang jadi mengunci di belakang badanku.
Tubuh itu sekarang menjadi satu, bersama deru gerakan nafas, yang namanya sama, kepalaku yang mulai betah bermain di dadanya. Walaupun tidak telanjang, tapi masih berbaju. Tembus sampai ke dalam, percayalah padaku, tidak ada yang bisa menggantikan kekuatan rasa, yang aku rasakan sekarang.
Wajah itu sekarang jadi satu dengan wajahku, bibirnya sekarang masuk ke dalam bibirku, mulai menari bersama di dalamnya. Iramanya masih sama, masih dibantu irama angin dan nuansa hati yang penuh gambar pelangi, pelangi yang bergambar cinta.
Semuanya gelap buatku, aku tidak melihat yang terang dari mataku. Semuanya masih gelap, tapi masih tetap terasa, karena gerakannya belum berhenti. Aku tidak mau berhenti. Jangan..!!!
“ Aku tidak mau, kamu berhenti sekarang. Belum ada perintah untuk menyelesaikan babak ini. Belum selesai, malah baru akan dimulai..” aku berteriak.
Aku yakin, kamu setujuh dengan aku.
Karena kamu juga tidak berhenti bergerak, masih sama gerakannya. Keringatnya juga masih sama, bahkan dingin malam, sudah tidak terasa lagi, hawa yang keluar menjadi hawa yang sangat tidak dikenal, tapi rasanya sungguh luar biasa. Aku jadi merasa yakin, mengapa lelaki dan perempuan perlu sekali bersatu, supaya merasakan energi yang seperti ini.
Seperti sebuah kekuatan baru dari senjata yang sampai sekarang, namanya belum berubah. Kekuatan cinta.
Atau malah nafsu.
Aku tidak peduli namanya apa, yang jelas, akibat gerakan – gerakan itu, sampai detik ini, aku masih ingat, harum nafasnya di dalam nafasku, dan bisa merasakan, hangat badannya yang menempel. Belum lagi ditambah bumbu kata – kata. Entah kenapa, banyak manusia yang tidak peduli ini yangluar biasa ini, dan memilih untuk tetap sendirian.
Aku tidak kuat lagi menahan rasa yang jadi sangat menggila ini, gerakannya menjadi tidak terkendali sama sekali, saling mencengkeram, saling memeluk, dan saling berpindah tangan dan mulut. Bertukar pandang, tajam menusuk, tanpa harus melepas busana, tapi sanggup membunuh lewat mata, dan berlari tanpa berhenti, berputar – putar terus sampai pusing dan harus jatuh bersama.
Selesai.
Aku tertidur di lantai dengan lelaki menindih di atasku, bibir yang masih dekat dengan telinga, bibir yang mulai bergerak, dan terasa betul seperti mulai untuk merangkai kata. Jantung mulai berdetakan tidak beraturan.
Kata yang akhirnya sampai di telinga, kata yang seumur hidup aku nantikan, dan malam ini, aku mau dengar itu di telingaku. Pasti akan kudengar malam ini, keluar dari mulut pangeranku.
“ will u marry me ?? “
Dan aku tidak menjawabnya. Hanya terpaku, dan mencari bibirnya, lalu mulai menjawab dengan ricauku di dalam bibirnya. Tidak jelas katanya, tapi jelas betul maksudku.
Aku berdiri di balkon, dengan gaun panjang dan belahan samping nan seksi, tidak ubahnya seperti seorang puteri di sebuah kerajaan. Rambut panjang yang terurai, semakin menambah kesempurnaan cantikku. Dengan gelas yang tidak lagi terjepit di tangan, tapi sudah berantakan pecah di lantai. Aku berdiri sendiri, mengajak bicara angin yang gerakannya malam ini, berhasil membuatku bergidik, apalagi mendengar bulan yang menembang di tengah pekat malam. Pandangku, masih ke dalam, ke arah pintu yang belum bergerak sama sekali. Muka dengan riasan meriah ini, sekarang sudah pudar bentuknya, apalagi sudah bercampur dengan air mata.
Aku masuk ke dalam kamar, menutup pintu balkon, menguncinya dan bahkan tidak memberi kesempatan pada angin untuk turut msuk juga ke dalam. Apalagi bulan dan bintang – bintang yang tidak melepas pandang dari padaku, mereka berkerumun di balkon, melihat aku seperti sedang menonton sebuah pertunjukan sandiwara saja. Seorang puteri yang tidak lagi puteri, melepas gaunku, menguncir rambutku, menghempas badan di atas kasur yang empuk tapi jadi keras serasa makam. Mematikan lampunya, dan membiarkan tangis bicara dan menguap dalam gelap.
Dan membiarkan juga pintu yang diketuk berulang kali. Sangat terdengar, tapi pestanya sudah selesai pangeran, bahkan selesai sebelum dimulai. Membiarkan harapku pergi, dan kehilangan cerita dalam mimpi. Sedih rasanya, tidur tapi tidak bermimpi. Suara ketukan pintu juga sudah selesai, suara dari seorang yang seperti pangeran. Hanya seperti.
Aku hanya seperti puteri yang berharap bertemu pangeran. Hanya seperti. Tiba – tiba aku merindukan balkon dan khayalanku itu.
The end.
( untuk seorang kawan, yang selalu hanya bermimpi dan bermimpi )
Musuh Terbesar dalam Diri Kita - by: Anetha Harikadua
Banyak orang mungkin menyangka kalau kondisi yang sedang dihadapi sekarang merupakan akibat dari perbuatan orang lain. Misalnya mungkin sampai saat ini hidup pas-pasan akibat kondisi ekonomi orangtua yang dulunya tak mapan. Atau contoh lainnya misalkan hasil ujian sekolah buruk karena kawan tak mau meminjami contekan.
Pendeknya kita kerap menyalahkan banyak hal di luar diri kita. Padahal, persoalan terbesarnya justru terdapat dalam diri kita sendiri. Apakah itu?
Musuh terbesar kita sebetulnya adalah pikiran negatif yang bersarang dalam pikiran kita. Saat kesulitan atau hambatan muncul, pikiran negatif itu mulai bekerja menghembuskan pikiran-pikiran buruk, mencari-cari pembenarannya, dan berujung pada sebuah penilaian atau bahkan penghakiman.
Umpamanya:
“Oh wajar dia lekas naik pangkat karena dekat dengan si Bos.”
“Oh pantas dia cepat berhasil, karena kata-katanya yang muluk-muluk dan bombastis.”
“Oh lumrah saya tak sukses, orang itu menghalangi kesuksesan saya.”
Adakah kalimat yang familiar dengan anda? Semoga tidak…
Semua penilaian bermula dari pikiran kita. Di setiap kondisi yang tak diharapkan, pikiran negatif tersebut akan memuntahkan kalimat-kalimat pembenaran yang mungkin sementara membuat kamu “senang” karena memuaskan ego anda, namun sama sekali tak membantu mengubah hidup kamu menjadi lebih baik.
Pikiran itu ibarat sopir yang menyetir dan mengarahkan kemana langkah kamu selanjutnya. Andaikan kamu mencari sopir, pastinya kamu tak akan mencari sopir yang ugal-ugalan dan suka melanggar lalu lintas. kamu pastinya lebih memilih sopir yang patuh peraturan dan bertatakrama dalam berkendara sehingga membuat kamu sampai ke tujuan dengan selamat.
Boleh saja kamu membantah dan kembali menolak. Tapi sejatinya jika kita ingin mengubah diri kita menjadi lebih baik: mengapa kita fokus pada hal yang tidak kita inginkan dan bukan pada hal yang kita inginkan?
Jika kamu ingin memperbaiki sepeda kamu yang rusak, mengapa kamu kalang kabut dengan sepeda orang lain yang baik-baik saja. Apakah dengan begitu sepeda kamu akan kembali baik dengan sendirinya? Saya jamin tidak!
Itulah pentingnya mentalitas positif. Dari mental positif perubahan dalam hidup kita bermula.
Jika kamu memikirkan hal positif dan fokus pada yang kamu inginkan, lebih mudah bagi kamu mencapainya. Sebaliknya, jika kamu fokus pada hal-hal yang tak kamu inginkan, bisa jadi hal negatif itu mendekati diri kamu. Logikanya sederhana. Jika kamu fokus pada sesuatu yang tak kamu inginkan, bisa jadi kamu abai terhadap apa yang kamu inginkan.
Mungkin kamu bertanya kenapa pikiran negatif berbahaya? Disadari atau tidak, pikiran negatif bisa melemahkan diri kamu, menghancurkan kepercayaan diri kamu, membuat kamu suka menyalahkan diri sendiri dan mungkin orang lain, membuat hidup seolah begitu berat untuk dijalani, serta yang terburuk berdampak membuat kamu kehilangan harapan.
kita akan lebih cerah, kamu lebih bersemangat untuk ACTION, kamu merasa lebih kuat dan memiliki hidup yang layak diperjuangkan, dan kamu masih memiliki harapan bahwa esok atau lusa hidup kamu akan semakin baik, semakin baik, dan semakin baik.
Intinya adalah dalam pikiran kita. Kekuatan pikiran disebut sebagai kunci utama kesuksesan anda.
Apakah kamu masih mau mengisi pikiran kita dengan berbagai pikiran negatif yang menghancurkan diri sendiri? Atau memenuhi pikiran kita dengan hal-hal positif yang membuat kita menjalani hidup lebih optimis setiap hari dan bertindak menuju sukses?
Sunday, April 18, 2010
2 Month without u dad by : Vina Aganis
2010, April 17 th...
Broken heart..
thats what i feel,
crystallized in every tear drop..my life empthy n Broke.. I learned to Live..learn to see unexpected blessing out of my pain.. Learn to trust u in every ways.. Learn to Thank GOD for every pain.. Learn to Thank GOD for many blessing throughout my life.. GOD ways is mysterious and i trully do Thank GOD for pain..
regards,
by. Vina
just like henokh..by : Desy Rongre

Pagi ini harus bangun subuh lagi..hmmm
Kutendang selimutku, menggeliat sambil tersenyum," Pagiiii!!!"sapaku lembut.
"Sori, dah nunggu ya?hehe...tidurnya enak banget..makasi yaaa!!" ujarku sambil bangkit dan duduk dipinggir tempat tidur.
"Oia, hari ini kudu berangkat pagi euy, ada tamu yg kudu dijemput di bandara, penerbangan pertama" aku beringsut mendekati buku hitamku.
"Tapi masi kangen berat neh...hehe...hari ini juga bakal sibuk dikantor," agak merajuk aku meletakkan lututku dilantai. "Kebayang kalo ga ketemu skrg, ga tau deh hari ini bakal jadi apa hehe..Sayang,makasih ya", seruku lirih. "Jangan pernah biarin aku untuk ngelepasin jadwal ini ya", lanjutku.
Hwadooohh!!! Kenapa dengan orang2 ini??
Kenapa dengan aku??
Siang yang sangat panas dengan orang2 yang tak sabar, rasanya mau meledak kepalaku. Terlalu banyak yang berusaha membuatku meradang.
Hak yang terambil, kewajiban yang terus dituntut.
Sudahlah, aku hanya ingin menyelesaikan hari ini tepat seperti yang ditetapkan bagiku.
Memang tak seperti yang kuharapkan selalu.
Dengan segenap hati, namun dipandang remeh.
Dan saat terbentur pada keterbatasan.
Ada duka yang tak terperi, namun entah bagaimana selalu saja ada yang mampu meluruhkannya saat aku mengingat pertemuan pagi tadi.
Dan saat ini, setelah bbrp saat berlalu.
"Ini untukmu, terima kasih ya," ujarnya sambil mengulurkan sesuatu diatas meja.
"Tapi untuk apa?" tanyaku heran.
"Untuk pertolonganmu, dan kerja kerasmu tentu," jawabnya sambil tersenyum.
"Itu bagian yang ditetapkan bagimu,"lanjutnya lagi.
"Tapi aku kan tersingkir dari tanggungjawab, aku tidak menyelesaikannya," aku tetap bertahan.
"Kau telah menyelesaikannya, dan aku hanya melanjutkan,"ujarnya dengan nada yang pasti untuk meyakinkanku.
"Sudahlah, terima bagianmu. Aku berterima kasih untuk apa yang kau kerjakan,"lanjutnya lagi sambil berlalu meninggalkanku.
"Aku masi ga ngerti," ujarku sambil kembali meletakkan lututku dilantai. "Bener2 deh, hari ini. Ada2 aja kejadiannya."
"Emang sih, aku juga yg salah ga bisa nahan mulut. Tapi kan aku cuma mau meluruskan masalahku. Coba kalo waktu itu...bla...bla...bla.."
Percakapan itu terus berlanjut, dan akan terus berlanjut sejak aku membuka mata di pagi hari hingga menutup mata di malam hari, sampai aku bersanding denganMu kelak.
..Karena cinta, hancurkah persahabatan?..

Friendship is never die. Mungkin itu adalah istilah yang paling tepat untuk mengungkapkan bahwa manusia tidak bisa hidup sendiri. Ia memerlukan seseorang atau banyak orang untuk menjadi partner dalam hidupnya. Pada awalnya tidak ada kriteria khusus untuk membangun sebuah pertemanan. Tapi semua hal itu akan menuntut suatu kriteria khusus saat akan menjadikan seseorang jadi sahabat.
Namun tak ada alasan khusus bagiku untuk menyatakan bahwa pria itu (Tom, Red) menjadi sahabatku (Friska, Red). Kami kuliah di Universitas yang sama namun beda jurusan dikota
Entah apa yang Tom rasakan soal ketebukaan diantara kami. Tanpa basa-basi ia menyatakan cintanya padaku, ia memintaku menjadi kekasihnya. Mm, bukan rasa sayang sebagai sahabat tapi lebih dari itu sayang kepada wanita dewasa. Aku tak mengerti yang ada dalam pikiranku, ya aku tak mengerti namun aku menerima Tom sebagai kekasihku. Tom dan Friska menjadi sepasang kekasih.
Dari cerita kebanyakan orang, kalau dua insan yang saling mencintai menyatu dunia serasa milik berdua tapi yang lainnya ngontrak J Ups..tapi hal itu tidak berlaku bagi kami berdua. Tom berubah. Ia menjadi pria yang super cuek dan terasa dingin bagiku. Kedekatan dan keterbukaan yang kami miliki saat bersahabat hilang seketika bersama bergantinya “status” kami menjadi kekasih. Tidak ada telepon, tidak ada sms, tidak ada canda tawa, semuanya seolah berlalu bersama angin, ya kondisi hubunganku kini dengan Tom memiliki jarak. Entahlah, aku tak tau apa sebab dari semua perubahan ini.
Sebenarnya ada kejanggalan yang kudapat dari Tom. Sejak kami jadian, ia memintaku untuk merahasiakan hubungan kami kepada komunitas dimana kami tergabung. Kondisi ini berlangsung selama 1.5 tahun. Semakin kurasakan hubungan ini tidak jelas dan terasa hambar. Dengan tekad yang bulat J aku mengambil keputusan untuk mengakhiri hubungan ini, ya aku memutuskan Tom. Tak ada respon berarti dari Tom tentang keputusanku, aku juga tak tahu apa yang ia pikirkan dan rasakan soal hal ini. Namun, jujur dari hatiku, aku merasa lega. Aku merasa telah lepas dari semua ketidakjelasan ini.
Aku dan Tom lulus kuliah. Setelah lulus, Tom langsung bekerja di
Terkadang aku menyesali semua kondisi ini. Padahal aku ingin tetap berteman dengan Tom. Kalau tau jadinya akan kayak gini, aku tak akan pernah menerima Tom sebagai kekasihku dulu, biarlah ia tetap jadi sahabatku. Aku yakinkan aku telah melupakan Tom. Setahun belakangan ini tak pernah kudengar kabar darinya. Disuatu hari ada sebuah pesan masuk ke ponselku. Mm, pesan itu ternyata dari Tom. Memang isinya adalah pertanyaan biasa. Tapi bukan suatu yang biasa bagiku karena Tom adalah temanku. Pikirku aku melupakan apa yang ada dibelakangku. Aku memang melupakan semua yang pernah terjadi bersama Tom, tapi ia tetap temanku. Pesan singkat itu menjadi awal komunikasi kami yang baru. Aku di Sumatra dan Tom diBandung J
Tujuh hari sudah komunikasi kami berlangsung, lewat telepon juga lewat dunia maya. Pembahasan kami adalah pembahasan ringan hingga mencapai klimaksnya saat arah pembicaraan Tom berubah. Ia mengatakan sesuatu yang membuatku kaget dan berfikir. Tom berkata” Aku akan mencari pekerjaan yang baru diSumatra dan keluar dari pekerjaan yang lama diBandung. Aku juga akan melamar kamu, menjadikamu pendamping hidupku”. Perkataan seorang pria dewasa antara sungguh-sungguh atau sedang mengeluarkan jurus gombal terjitu -.-!
Kaget, ya aku kaget. Setelah 1 tahun berlalu tak pernah kudengar sedikitpun kabar dari Tom tiba-tiba ia muncul dan langsung ingin melamarku. Aku tidak gegabah, pengalamanku bersama Tom telah mengajariku dan membuatku sedikit lebih dewasa untuk perkara ini J Aku hanya bilang ‘ Jika kamu ingin mencari pekerjaan diSumatra, jangan jadikan aku alasan untuk semuanya itu” belum selesai aku bicara Tom menyahut “ Bagaimana dengan lamaranku?” Secara jujur aku katakan “ Aku tidak melihat adanya kesungguhan dalam perkataanmu, Tom. Kalau kamu memang serius, beri aku waktu selama 3 bulan untuk memikirkan dan berdoa untuk semua ini. Dan Tom setuju, kami bersepakat untuk sama-sama berfikir dan menguji segala sesuatu tentang perkara ini.
Sesuai dengan komitmen yang kami sudah ambil. Aku berdoa dan meminta tanda untuk perkara ini. Aku tidak mau salah ambil keputusan. Baru 2 minggu berlalu, pria ini sudah menanyakan apa keputusannku. Entah kenapa ia begitu terburu-buru. Aku tak tau apa yang dipikirkan dan dirasakannya saat ini! Aku belum memberikan jawaban apapun padanya. Aku tidak mau mempercepat atau memperlambat waktu pengambilan keputusan tentang semuanya ini, aku harus konsisten harus sesuai dengan kesepakatan! Menginjak bulan ke-2, ada dorongan dari hatiku untuk mencari tau soal Tom. Akhirnya aku buka account dia dalam situs jejaring sosial yang sedang marak dikalangan banyak orang saat ini.
Woooww!!!! Aku melihat sesuatu yang mengejutkanku. Ya, Tom yang ingin melamar ku, sudah memiliki hubungan “istimewa” dengan wanita lain, aku dapatkan dalam situs itu. Antara kaget, kecewa dan tidak percaya. Tak berani untuk mengambil kesimpulan apapun, semuanya masih menjadi teka-teki bagiku. Karena kupikir account ini bisa aja hanya Tom gunakan untuk “seru-seruan” aja. Tapi muncul dalam pikiranku, kenapa Tom jadi pecicilan gitu ya?. Itu hanya terekam dalam pikiranku.
Seminggu sudah dari apa yang sudah kulihat, aku tidak sekalipun menelepon, meng-sms atau menghubungi Tom dengan cara apapun. Hatiku mengatakan aku pasti mendapatkan jawaban yang sebenar-benarnya. Tom akhirnya meneleponku. Dia berkata” kemana aja, ga pernah menghubungiku?” Entah apa yang mendorongku, aku hanya mengatakan “ selamat ya, udah dapet gandengan baru eh salah Pasangan hidup maksudnya J “ Tom hanya terdiam, tak sepatah katapun terucap dari bibirnya. Telepon kami terputus. Beberapa hari kemudian, aku mendapati faktanya atas semua yang kulihat disitus itu. Apa yang kulihat adalah benar. Dari mulut dan pengakuan Tom sendiri aku tau semuanya. Tom memang sudah jadian, disaat kami sedang menguji tentang perkataannya dan komitmen yang sudah kami buat. Tom sedang melakukan permainan! itu penilaian dariku Ia mempermainkan aku, ia seolah tidak berniat untuk melakukan komitmen itu, ia mengobral cintanya padaku, bahkan secara tak sadar ia sedang menggoreskan luka ditempat yang sama ya dihatiku. Entah apa yang menjadi motif Tom atas semuanya ini. Aku tak mengerti. Aku merasa kecewa. Kekecewaanku adalah ternyata Tom tidak pernah berubah, ia tidak pernah bersikap seperti laki-laki!!!! Namun disatu sisi aku lega dan bahagia karena sebelum keputusan kuambil, Tuhan menunjukkan siapa dia, ya dia bukanlah orang yang terbaik untukku. DIA tak membiarkan cintaku jatuh pada orang yang salah. Hal inilah yang membuatku tidak memelihara luka yang pria itu torehkan. Aku memaafkan Tom. Pria itu tetap menjadi temanku Kisahku telah berujung tapi bukan ujung untuk hubungan pertemanan kami. Aku memaafkan Tom dan tetap menjaga hubungan pertemanan kami.
Guys…
Sekali lagi kita belajar bahwa segala sesuatu ada masanya, ada waktunya. Butuh sebuah kedewasaan pastinya untuk mengerti suatu hal yang baru dalam hidupmu bahkan sesuatu yang pernah terjadi dan kamu diperhadapkan lagi ke situasi tersebut. Terkadang kita merasa tau pasti apa yang terbaik bagi hidupmu. Ups, tak selamanya benar. Karena yang tau sesuatu yang terbaik dari yang terbaik bagimu hanyalah Tuhan. Butuh penyerahan hati yang penuh supaya beroleh pengertian ini. Jangan pernah mengambil suatu komitmen kalau anda hanya ingin melanggarnya alias tidak mau menepatinya. Hal itu hanya akan membohongi diri anda sendiri bahkan orang lain. Bersikaplah seperti seorang laki-laki, akuilah kesalahanmu.
DIA tahu semua kebutuhanmu, IA juga tau kapan waktunya akan memberikannya padamu. Jangan terburu-buru. Ya jangan terburu-buru untuk menjatuhkan pilihan pada seseorang, jangan obral cintamu. Segala sesuatu indah pada waktuNya J Ketika engkau terluka karena seseorang, jangan biarkan luka itu berakar dalam tubuhmu, ijinkan luka itu sembuh dengan memaafkannya dan menjalin pertemanan dengannya, tidak mudah tapi itu begitu baik dan bijak bagimu dan baginya.
by. Christin Natalia